Siang itu seakan menjadi saksi
tentang ketaatan seorang hamba atas perintah Rabb-nya, di tengah padang pasir
yang tandus dan terik matahari yang membakar, Ibrahim sang Kahlilullah yang
namannya tercantum dalam jajaran Ulul Azmi minar Rusul, sedang di uji ke
imannya, seakan-akan Allah ingin berkata kepada seluruh makhluknya, “Saksikanlah
ketaatan hamba-hamba Ku ”.
Tiada satu pun yang menyangsikan
kecintaan Ibrahim as terhadap Siti hajar, tapi perintah Allah tetap suatu perintah yang tidak boleh dibantah yang
harus diletakkan diatas segala keinginan. Karena di balik setiap perintah
Allah pasti dan pasti ada kejayaan.
Siti Hajar dalam kebingungannya
berkata kepada Ibrahim a.s yang sedang duduk diatas untanya, “Tuanku,
akan kemanakah Tuan pergi? Kepada siapakah Tuan meninggalkan kami dilembah
tandus ini?” tanyanya dengan mengiba.
Tak ada sepatah kata pun yang keluar
dari lelaki itu. Kemudian Hajar merengkuh bayi yang ada disampingnya. Seolah
mengiba terhadap Ismail kecil kepada Ibrahim as agar jangan ditinggal begitu
saja. Tetapi kebisuan yang tercipta seakan menjawab kesedian Ibrahim as. Wanita
itu kembali bertanya untuk ke-dua kalinya “Tuanku, akan kemanakah Tuan
pergi?” , dan sekali lagi tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari
mulut lelaki itu.
Dalam kepasrahan wanita itu bertanya
untuk yang ketiga kalinya, “Apakah Allah memerintahkan kamu untuk pergi?”
lelaki itu berkata, “Ya.” Kemudian wanita itu dengan Ikhlas
berkata, “Jika demikian, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.”
Kemudian dengan air mata yang berlinangan dan tangis yang memilukan sang
penunggang unta perlahan-lahan meniggalkan kedua insan tak berdaya itu, di
lembah tandus yang tidak ada air dan makanan.
Ya itu lah mereka orang-orang yang
terpilih dari seluruh mahluknya, Ibrahim as, Siti Hajar, dan Ismail kecil,
manusia yang terbaik yang tercipta dari sebagian maha karya Sang Pencipta,
manusia-manusia terbaik yang asbab pengorbanan mereka dalam agama Allah Swt
sehingga namanya dianggung-anggung kan penduduk dilangit dan dibumi.
Subhanallah! Ujian datang selepas
ujian, cobaan demi cobaan mendera, bagaimana tidak , saat usianya menginjak
senja beliau baru dikaruniai keturunan, yaitu Ismail as. akan tetapi belum
hidup dalam kebahagiaan,datanglah perintah Tuhannya, yakni anak istrinya harus
berpisah dari Palestina menuju tempat yang di kehendaki-nya. Begitu berat ujian
ini, tetapi Nabi Ibarahim as adalah seorang utusan, kekasih Allah swt, perintah
ini beliau pahami sebagai anugerah bukan hukuman, apalagi kebinasaan. Tentu
seorang raja tak akan sekali-kali mencelakakan hamba yang dikasihinya.
Dengan hati mantap beliau
meninggalkan anak istrinya sambil berdo’a :
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan
sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanan-tanaman didekat rumah
engkau ( Baitullah ) yang dihormati. Ya Tuhan kami ( yang demikian itu ) agar
mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung
kepada mereka dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur” ( Qs Ibarahim : 37 )
Sepeninggalan Nabi Ibrahim
tinggallah Hajar dan Ismail dalam kesunyian. Keadaan itu dilalui keduanya
begitu sabar sehingga bekalnya habis. Tak ada sesuap makanan pun atau seteguk
air pun yang ada disampingnya. Bahkan keringatnya pun telah kering.
Hati Hajar semakin pilu manakala
Ismail managis, merengek karena lapar dan dahaga. Melihat keadaan seperti ini.
dengan badan yang lunglai ia tinggalkan Ismail dan manaiki bukit Shafa dengan
harapan akan menemui air atau ada kafilah yang kebetulan lewat untuk sekedar
meminta bantuan. Namun tak ada setetes air pun atau siapapun yang ditemui
disana ia arahkan pandangan ke bukit Marwa seolah tampak berkilauan disana.
Dengan hati girang ia berlari kecil menaikinya. Sesampainya disana ternyata
hanya kekecewaan yang didapat.
Semua tadi hanya fatamorgana.
Lemaslah semua urat-urat, sayup terdengar suara tangisan Ismail. Hati ibu yang
mana yang tega mendengar anaknya menangis, Ia tak tahan mendengarnya, diayunkan
langkahnya lagi menaiki bukit shafa kemudian kembali ke bukit marwa sampai tujuh
kali dan masih tak menemukan apapun. Akhirnya ia tak kuasa lagi berjalan dan
jatuh bersimpuh.
“Ya Allah, belas kasih-Mu yang
kuharapkan,” demikianlah bisik hajar.
Tidak terdengar lagi tangisan
Ismail, badannya tidak bergerak seolah ruhnya telah keluar dari jasad lemahnya.
Tertegun Hajar seakan tidak percaya kalau buah hatinya telah pergi didepan
matanya dan ia tidak mampu berbuat sesuatu untuk menolong.
“Ya Allah, belas kasih-Mu yang
kuharapkan,” bisik hati hajar di antara isak tangis dan kepasrahannya.
Apakah Allah tidak mendengar
sehingga membiarkan Hajar dan Ismail dalam ketidak berdayaan, diantara hidup
dan mati pengharapan? Apakah Allah tidak tahu sehingga memerintahkan Ibrahim as
meninggalkan Hajar dan Ismail di lembah tak berpenghuni dan tak ada sumber
kehidupan bahkan seekor burung pun enggan terbang diatasnya ?.
Tidak sekali-kali Allah tidak
seperti itu, Allah adalah Zat yang tak pernah tidur, kasih sayang dan
rahmat-Nya tak pernah lepas dari-Nya. Mana mungkin Dia akan membiarkan
kekasih-kekasih-Nya dalam kebinasaan, itu satu kemustahilan.
Allah hanya ingin tunjukan kepada
seluruh mahluknya terutama kita yang hidup di akhir zaman, bahwa dahulu ada
keluarga yang taat melaksanakan segala perintah Allah yang teramat sulit
dilakukan , dahulu ada keluarga yang rela menundukan nafsunya demi mentaati
perintah Rabb-nya.
Allah hanya ingin katakan kepada
kita, adakah sekarang diantara kita yang Allah coba sebagaimana Allah coba
keluarga Nabi Ibrahim? Allah ingin tunjukan kepada kita semua bagaimana seharusnya
kita menyikapi ujian demi ujian yang Allah berikan.
Ajaib, Ismail yang tadinya tidak
bergerak bangun dan menghentakkan kakinya ke bumi. Berkali-kali ia lakukan
sehingga satu mukjizat Ilahi terjadi, dari bekas kakinya keluar satu sumber air
yang deras , Terpancarlah rahmat Allah Swt yang meliputinya, tanpaklah kasih
sayang Allah ke atasanya.
Inilah air Zam-Zam air yang memancar
asbab pengorbanan keluarga Ibrahim yang taat kepada Rabb-nya , air yang tidak
pernah kering hingga saat ini. bahkan Rasulullah saw bersabda : “Al Maa u
Zam-Zam Lima Syuriba lahu”. ( air Zam-Zam diminum sesuai niat ), orang
yang lapar kalau meminum dengan niat untuk mengenyangkan maka Allah Swt akan
beri kenyang, Orang haus jika untuk melepas dahaga maka Allah hilangkan
hausnya. Bahkan bukan hanya untuk maksud dunia saja melainkan untuk maksud
akheratpun akan tercapai. Umar bin Khottab minum Zam – Zam berniat agar tak
lagi terasa haus di padang Mahsyar. Abdullah bin Mubarok minum Zam-Zam niat
untuk masuk syurga. (copas sini)
*belajar
dari Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan bunda Hajar, betapa kesabaran akan
melahirkan ketaatan.
Bersabarlah
dan kuatkan kesabaranmu , insya'Allah ada
ridho-Nya menanti, Jika ada yg belum baik, perbaiki. Jika ada yg masih lemah,
mohon pd Allah agar senantiasa Ia kuatkan
wahai diriku. Sponsor utama kita Allah, bukan yg lain. Sungguh Ia
satu-satu nya Dzat Yg Maha Mengetahui setiap senang dan derai tangis hati.
Allohumma arrifni nafsii"Ya Allah
kenalkan aku pada diriku".
Selamat
belajar mendewasa ^__^
Klaten,
10 Dzulhijjah 1433 H
0 komentar:
Posting Komentar