tentang ketaatan

Jumat, 26 Oktober 2012



Siang itu seakan menjadi saksi tentang ketaatan seorang hamba atas perintah Rabb-nya, di tengah padang pasir yang tandus dan terik matahari yang membakar, Ibrahim sang Kahlilullah yang namannya tercantum dalam jajaran Ulul Azmi minar Rusul, sedang di uji ke imannya, seakan-akan Allah ingin berkata kepada seluruh makhluknya, “Saksikanlah ketaatan hamba-hamba Ku ”.
Tiada satu pun yang menyangsikan kecintaan Ibrahim as terhadap Siti hajar, tapi perintah Allah tetap suatu perintah yang tidak boleh dibantah yang harus diletakkan diatas segala keinginan. Karena di balik setiap perintah Allah pasti dan pasti ada kejayaan.
Siti Hajar dalam kebingungannya berkata kepada Ibrahim a.s yang sedang duduk diatas untanya, “Tuanku, akan kemanakah Tuan pergi? Kepada siapakah Tuan meninggalkan kami dilembah tandus ini?” tanyanya dengan mengiba.
Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari lelaki itu. Kemudian Hajar merengkuh bayi yang ada disampingnya. Seolah mengiba terhadap Ismail kecil kepada Ibrahim as agar jangan ditinggal begitu saja. Tetapi kebisuan yang tercipta seakan menjawab kesedian Ibrahim as. Wanita itu kembali bertanya untuk ke-dua kalinya “Tuanku, akan kemanakah Tuan pergi?” , dan sekali lagi tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut lelaki itu.
Dalam kepasrahan wanita itu bertanya untuk yang ketiga kalinya, “Apakah Allah memerintahkan kamu untuk pergi?” lelaki itu berkata, “Ya.” Kemudian wanita itu dengan Ikhlas berkata, “Jika demikian, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.” Kemudian dengan air mata yang berlinangan dan tangis yang memilukan sang penunggang unta perlahan-lahan meniggalkan kedua insan tak berdaya itu, di lembah tandus yang tidak ada air dan makanan.
Ya itu lah mereka orang-orang yang terpilih dari seluruh mahluknya, Ibrahim as, Siti Hajar, dan Ismail kecil, manusia yang terbaik yang tercipta dari sebagian maha karya Sang Pencipta, manusia-manusia terbaik yang asbab pengorbanan mereka dalam agama Allah Swt sehingga namanya dianggung-anggung kan penduduk dilangit dan dibumi.
Subhanallah! Ujian datang selepas ujian, cobaan demi cobaan mendera, bagaimana tidak , saat usianya menginjak senja beliau baru dikaruniai keturunan, yaitu Ismail as. akan tetapi belum hidup dalam kebahagiaan,datanglah perintah Tuhannya, yakni anak istrinya harus berpisah dari Palestina menuju tempat yang di kehendaki-nya. Begitu berat ujian ini, tetapi Nabi Ibarahim as adalah seorang utusan, kekasih Allah swt, perintah ini beliau pahami sebagai anugerah bukan hukuman, apalagi kebinasaan. Tentu seorang raja tak akan sekali-kali mencelakakan hamba yang dikasihinya.
Dengan hati mantap beliau meninggalkan anak istrinya sambil berdo’a :
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanan-tanaman didekat rumah engkau ( Baitullah ) yang dihormati. Ya Tuhan kami ( yang demikian itu ) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” ( Qs Ibarahim : 37 )
Sepeninggalan Nabi Ibrahim tinggallah Hajar dan Ismail dalam kesunyian. Keadaan itu dilalui keduanya begitu sabar sehingga bekalnya habis. Tak ada sesuap makanan pun atau seteguk air pun yang ada disampingnya. Bahkan keringatnya pun telah kering.
Hati Hajar semakin pilu manakala Ismail managis, merengek karena lapar dan dahaga. Melihat keadaan seperti ini. dengan badan yang lunglai ia tinggalkan Ismail dan manaiki bukit Shafa dengan harapan akan menemui air atau ada kafilah yang kebetulan lewat untuk sekedar meminta bantuan. Namun tak ada setetes air pun atau siapapun yang ditemui disana ia arahkan pandangan ke bukit Marwa seolah tampak berkilauan disana. Dengan hati girang ia berlari kecil menaikinya. Sesampainya disana ternyata hanya kekecewaan yang didapat.
Semua tadi hanya fatamorgana. Lemaslah semua urat-urat, sayup terdengar suara tangisan Ismail. Hati ibu yang mana yang tega mendengar anaknya menangis, Ia tak tahan mendengarnya, diayunkan langkahnya lagi menaiki bukit shafa kemudian kembali ke bukit marwa sampai tujuh kali dan masih tak menemukan apapun. Akhirnya ia tak kuasa lagi berjalan dan jatuh bersimpuh.
“Ya Allah, belas kasih-Mu yang kuharapkan,” demikianlah bisik hajar.
Tidak terdengar lagi tangisan Ismail, badannya tidak bergerak seolah ruhnya telah keluar dari jasad lemahnya. Tertegun Hajar seakan tidak percaya kalau buah hatinya telah pergi didepan matanya dan ia tidak mampu berbuat sesuatu untuk menolong.
“Ya Allah, belas kasih-Mu yang kuharapkan,” bisik hati hajar di antara isak tangis dan kepasrahannya.
Apakah Allah tidak mendengar sehingga membiarkan Hajar dan Ismail dalam ketidak berdayaan, diantara hidup dan mati pengharapan? Apakah Allah tidak tahu sehingga memerintahkan Ibrahim as meninggalkan Hajar dan Ismail di lembah tak berpenghuni dan tak ada sumber kehidupan bahkan seekor burung pun enggan terbang diatasnya ?.
Tidak sekali-kali Allah tidak seperti itu, Allah adalah Zat yang tak pernah tidur, kasih sayang dan rahmat-Nya tak pernah lepas dari-Nya. Mana mungkin Dia akan membiarkan kekasih-kekasih-Nya dalam kebinasaan, itu satu kemustahilan.
Allah hanya ingin tunjukan kepada seluruh mahluknya terutama kita yang hidup di akhir zaman, bahwa dahulu ada keluarga yang taat melaksanakan segala perintah Allah yang teramat sulit dilakukan , dahulu ada keluarga yang rela menundukan nafsunya demi mentaati perintah Rabb-nya.
Allah hanya ingin katakan kepada kita, adakah sekarang diantara kita yang Allah coba sebagaimana Allah coba keluarga Nabi Ibrahim? Allah ingin tunjukan kepada kita semua bagaimana seharusnya kita menyikapi ujian demi ujian yang Allah berikan.
Ajaib, Ismail yang tadinya tidak bergerak bangun dan menghentakkan kakinya ke bumi. Berkali-kali ia lakukan sehingga satu mukjizat Ilahi terjadi, dari bekas kakinya keluar satu sumber air yang deras , Terpancarlah rahmat Allah Swt yang meliputinya, tanpaklah kasih sayang Allah ke atasanya.
Inilah air Zam-Zam air yang memancar asbab pengorbanan keluarga Ibrahim yang taat kepada Rabb-nya , air yang tidak pernah kering hingga saat ini. bahkan Rasulullah saw bersabda : “Al Maa u Zam-Zam Lima Syuriba lahu”. ( air Zam-Zam diminum sesuai niat ), orang yang lapar kalau meminum dengan niat untuk mengenyangkan maka Allah Swt akan beri kenyang, Orang haus jika untuk melepas dahaga maka Allah hilangkan hausnya. Bahkan bukan hanya untuk maksud dunia saja melainkan untuk maksud akheratpun akan tercapai. Umar bin Khottab minum Zam – Zam berniat agar tak lagi terasa haus di padang Mahsyar. Abdullah bin Mubarok minum Zam-Zam niat untuk masuk syurga. (copas sini)

*belajar dari Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan bunda Hajar, betapa kesabaran akan melahirkan ketaatan.
Bersabarlah dan kuatkan kesabaranmu , insya'Allah ada ridho-Nya menanti, Jika ada yg belum baik, perbaiki. Jika ada yg masih lemah, mohon pd Allah agar senantiasa Ia kuatkan wahai diriku. Sponsor utama kita Allah, bukan yg lain. Sungguh Ia satu-satu nya Dzat Yg Maha Mengetahui setiap senang dan derai tangis hati.
Allohumma arrifni nafsii"Ya Allah kenalkan aku pada diriku".
Selamat belajar mendewasa ^__^

Klaten, 10 Dzulhijjah 1433 H